One stop search, watch and play

Sign My iBook:

Search This Blog

Browse This Website In:

Bookmarking Us:

Category List

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 10 Januari 2012

Cara Merakit Pc

Cara Praktis Merakit PC Komputer !

Pada dasarnya merakit PC itu cukup mudah, hanya saja dibutuhkan ke telitian saat mengerjakanya.. sehingga hasilnya cukup memuaskan diri kita

Komponen perakit komputer tersedia di pasaran dengan beragam pilihan kualitas dan harga. Dengan merakit sendiri komputer, kita dapat menentukan jenis komponen, kemampuan serta fasilitas dari komputer sesuai kebutuhan.Tahapan dalam perakitan komputer terdiri dari:

A. Persiapan
B. Perakitan

C. Pengujian
D. Penanganan Masalah
Persiapan yang baik akan memudahkan dalam perakitan komputer serta menghindari permasalahan yang mungkin timbul.Hal yang terkait dalam persiapan meliputi: Prosessor lebih mudah dipasang sebelum motherboard menempati casing. Cara memasang prosessor jenis socket dan slot berbeda.Jenis socket

rakit1.jpg

Persiapan

  1. Penentuan Konfigurasi Komputer
  2. Persiapan Kompunen dan perlengkapan
  3. Pengamanan

Penentuan Konfigurasi Komputer

Konfigurasi komputer berkait dengan penentuan jenis komponen dan fitur dari komputer serta bagaimana seluruh komponen dapat bekerja sebagai sebuah sistem komputer sesuai keinginan kita.Penentuan komponen dimulai dari jenis prosessor, motherboard, lalu komponen lainnya. Faktor kesesuaian atau kompatibilitas dari komponen terhadap motherboard harus diperhatikan, karena setiap jenis motherboard mendukung jenis prosessor, modul memori, port dan I/O bus yang berbeda-beda.

Persiapan Komponen dan Perlengkapan

Komponen komputer beserta perlengkapan untuk perakitan dipersiapkan untuk perakitan dipersiapkan lebih dulu untuk memudahkan perakitan. Perlengkapan yang disiapkan terdiri dari:

  • Komponen komputer
  • Kelengkapan komponen seperti kabel, sekerup, jumper, baut dan sebagainya
  • Buku manual dan referensi dari komponen
  • Alat bantu berupa obeng pipih dan philips

Software sistem operasi, device driver dan program aplikasi.

rakit2.jpg

Buku manual diperlukan sebagai rujukan untuk mengatahui diagram posisi dari elemen koneksi (konektor, port dan slot) dan elemen konfigurasi (jumper dan switch) beserta cara setting jumper dan switch yang sesuai untuk komputer yang dirakit.Diskette atau CD Software diperlukan untuk menginstall Sistem Operasi, device driver dari piranti, dan program aplikasi pada komputer yang selesai dirakit.

Pengamanan

Tindakan pengamanan diperlukan untuk menghindari masalah seperti kerusakan komponen oleh muatan listrik statis, jatuh, panas berlebihan atau tumpahan cairan.Pencegahan kerusakan karena listrik statis dengan cara:

  • Menggunakan gelang anti statis atau menyentuh permukaan logam pada casing sebelum memegang komponen untuk membuang muatan statis.
  • Tidak menyentuh langsung komponen elektronik, konektor atau jalur rangkaian tetapi memegang pada badan logam atau plastik yang terdapat pada komponen.

rakit3.jpg

Perakitan

Tahapan proses pada perakitan komputer terdiri dari:

  1. Penyiapan motherboard
  2. Memasang Prosessor
  3. Memasang heatsink
  4. Memasang Modul Memori
  5. memasang Motherboard pada Casing
  6. Memasang Power Supply
  7. Memasang Kabel Motherboard dan Casing
  8. Memasang Drive
  9. Memasang card Adapter
  10. Penyelesaian Akhir

1. Penyiapan motherboard

Periksa buku manual motherboard untuk mengetahui posisi jumper untuk pengaturan CPU speed, speed multiplier dan tegangan masukan ke motherboard. Atur seting jumper sesuai petunjuk, kesalahan mengatur jumper tegangan dapat merusak prosessor.

rakit4.jpg

2. Memasang Prosessor

  1. Tentukan posisi pin 1 pada prosessor dan socket prosessor di motherboard, umumnya terletak di pojok yang ditandai dengan titik, segitiga atau lekukan.
  2. Tegakkan posisi tuas pengunci socket untuk membuka.
  3. Masukkan prosessor ke socket dengan lebih dulu menyelaraskan posisi kaki-kaki prosessor dengan lubang socket. rapatkan hingga tidak terdapat celah antara prosessor dengan socket.
  4. Turunkan kembali tuas pengunci.

Jenis Slot

rakit5.jpg

  1. Pasang penyangga (bracket) pada dua ujung slot di motherboard sehingga posisi lubang pasak bertemu dengan lubang di motherboard
  2. Masukkan pasak kemudian pengunci pasak pada lubang pasak

Selipkan card prosessor di antara kedua penahan dan tekan hingga tepat masuk ke lubang slot.

rakit6.jpg

Beberapa jenis casing sudah dilengkapi power supply. Bila power supply belum disertakan maka cara pemasangannya sebagai berikut:

3. Memasang Heatsink

Fungsi heatsink adalah membuang panas yang dihasilkan oleh prosessor lewat konduksi panas dari prosessor ke heatsink.Untuk mengoptimalkan pemindahan panas maka heatsink harus dipasang rapat pada bagian atas prosessor dengan beberapa clip sebagai penahan sedangkan permukaan kontak pada heatsink dilapisi gen penghantar panas.Bila heatsink dilengkapi dengan fan maka konektor power pada fan dihubungkan ke konektor fan pada motherboard.

rakit16.jpg

4. Memasang Modul Memori

Modul memori umumnya dipasang berurutan dari nomor socket terkecil. Urutan pemasangan dapat dilihat dari diagram motherboard.Setiap jenis modul memori yakni SIMM, DIMM dan RIMM dapat dibedakan dengan posisi lekukan pada sisi dan bawah pada modul.Cara memasang untuk tiap jenis modul memori sebagai berikut.

Jenis SIMM

  1. Sesuaikan posisi lekukan pada modul dengan tonjolan pada slot.
  2. Masukkan modul dengan membuat sudut miring 45 derajat terhadap slot
  3. Dorong hingga modul tegak pada slot, tuas pengunci pada slot akan otomatis mengunci modul.

rakit7.jpg

rakit8.jpg

Jenis DIMM dan RIMM

Cara memasang modul DIMM dan RIMM sama dan hanya ada satu cara sehingga tidak akan terbalik karena ada dua lekukan sebagai panduan. Perbedaanya DIMM dan RIMM pada posisi lekukan

  1. Rebahkan kait pengunci pada ujung slot
  2. sesuaikan posisi lekukan pada konektor modul dengan tonjolan pada slot. lalu masukkan modul ke slot.
  3. Kait pengunci secara otomatis mengunci modul pada slot bila modul sudah tepat terpasang.

rakit9.jpg

rakit10.jpg

5. Memasang Motherboard pada Casing

Motherboard dipasang ke casing dengan sekerup dan dudukan (standoff). Cara pemasangannya sebagai berikut:

  1. Tentukan posisi lubang untuk setiap dudukan plastik dan logam. Lubang untuk dudukan logam (metal spacer) ditandai dengan cincin pada tepi lubang.
  2. Pasang dudukan logam atau plastik pada tray casing sesuai dengan posisi setiap lubang dudukan yang sesuai pada motherboard.
  3. Tempatkan motherboard pada tray casing sehinga kepala dudukan keluar dari lubang pada motherboard. Pasang sekerup pengunci pada setiap dudukan logam.
  4. Pasang bingkai port I/O (I/O sheild) pada motherboard jika ada.
  5. Pasang tray casing yang sudah terpasang motherboard pada casing dan kunci dengan sekerup.

rakit11.jpg

6. Memasang Power Supply

  1. Masukkan power supply pada rak di bagian belakang casing. Pasang ke empat buah sekerup pengunci.
  2. HUbungkan konektor power dari power supply ke motherboard. Konektor power jenis ATX hanya memiliki satu cara pemasangan sehingga tidak akan terbalik. Untuk jenis non ATX dengan dua konektor yang terpisah maka kabel-kabel ground warna hitam harus ditempatkan bersisian dan dipasang pada bagian tengah dari konektor power motherboard. Hubungkan kabel daya untuk fan, jika memakai fan untuk pendingin CPU.

rakit12.jpg

7. Memasang Kabel Motherboard dan Casing

Setelah motherboard terpasang di casing langkah selanjutnya adalah memasang kabel I/O pada motherboard dan panel dengan casing.

  1. Pasang kabel data untuk floppy drive pada konektor pengontrol floppy di motherboard
  2. Pasang kabel IDE untuk pada konektor IDE primary dan secondary pada motherboard.
  3. Untuk motherboard non ATX. Pasang kabel port serial dan pararel pada konektor di motherboard. Perhatikan posisi pin 1 untuk memasang.
  4. Pada bagian belakang casing terdapat lubang untuk memasang port tambahan jenis non slot. Buka sekerup pengunci pelat tertutup lubang port lalumasukkan port konektor yang ingin dipasang dan pasang sekerup kembali.
  5. Bila port mouse belum tersedia di belakang casing maka card konektor mouse harus dipasang lalu dihubungkan dengan konektor mouse pada motherboard.
  6. Hubungan kabel konektor dari switch di panel depan casing, LED, speaker internal dan port yang terpasang di depan casing bila ada ke motherboard. Periksa diagram motherboard untuk mencari lokasi konektor yang tepat.

rakit13.jpg

rakit14.jpg

rakit15.jpg

8. Memasang Drive

Prosedur memasang drive hardisk, floppy, CD ROM, CD-RW atau DVD adalah sama sebagai berikut: Cara memasang adapter:Komputer yang baru selesai dirakit dapat diuji dengan menjalankan program setup BIOS. Cara melakukan pengujian dengan program BIOS sebagai berikut:

  1. Copot pelet penutup bay drive (ruang untuk drive pada casing)
  2. Masukkan drive dari depan bay dengan terlebih dahulu mengatur seting jumper (sebagai master atau slave) pada drive.
  3. Sesuaikan posisi lubang sekerup di drive dan casing lalu pasang sekerup penahan drive.
  4. Hubungkan konektor kabel IDE ke drive dan konektor di motherboard (konektor primary dipakai lebih dulu)
  5. Ulangi langkah 1 samapai 4 untuk setiap pemasangan drive.
  6. Bila kabel IDE terhubung ke du drive pastikan perbedaan seting jumper keduanya yakni drive pertama diset sebagai master dan lainnya sebagai slave.
  7. Konektor IDE secondary pada motherboard dapat dipakai untuk menghubungkan dua drive tambahan.
  8. Floppy drive dihubungkan ke konektor khusus floppy di motherboard

Sambungkan kabel power dari catu daya ke masing-masing drive.

Card adapter yang umum dipasang adalah video card, sound, network, modem dan SCSI adapter. Video card umumnya harus dipasang dan diinstall sebelum card adapter lainnya.

rakit17.jpg

9. Memasang Card Adapter

  1. Pegang card adapter pada tepi, hindari menyentuh komponen atau rangkaian elektronik. Tekan card hingga konektor tepat masuk pada slot ekspansi di motherboard
  2. Pasang sekerup penahan card ke casing
  3. Hubungkan kembali kabel internal pada card, bila ada.

rakit18.jpg

10. Penyelessaian Akhir

  1. Pasang penutup casing dengan menggeser
  2. sambungkan kabel dari catu daya ke soket dinding.
  3. Pasang konektor monitor ke port video card.
  4. Pasang konektor kabel telepon ke port modem bila ada.
  5. Hubungkan konektor kabel keyboard dan konektor mouse ke port mouse atau poert serial (tergantung jenis mouse).
  6. Hubungkan piranti eksternal lainnya seperti speaker, joystick, dan microphone bila ada ke port yang sesuai. Periksa manual dari card adapter untuk memastikan lokasi port.

rakit19.jpg

Pengujian

  1. Hidupkan monitor lalu unit sistem. Perhatikan tampilan monitor dan suara dari speaker.
  2. Program FOST dari BIOS secara otomatis akan mendeteksi hardware yang terpasang dikomputer. Bila terdapat kesalahan maka tampilan monitor kosong dan speaker mengeluarkan bunyi beep secara teratur sebagai kode indikasi kesalahan. Periksa referensi kode BIOS untuk mengetahui indikasi kesalahan yang dimaksud oleh kode beep.
  3. Jika tidak terjadi kesalahan maka monitor menampilkan proses eksekusi dari program POST. ekan tombol interupsi BIOS sesuai petunjuk di layar untuk masuk ke program setup BIOS.
  4. Periksa semua hasil deteksi hardware oleh program setup BIOS. Beberapa seting mungkin harus dirubah nilainya terutama kapasitas hardisk dan boot sequence.
  5. Simpan perubahan seting dan keluar dari setup BIOS.

Setelah keluar dari setup BIOS, komputer akan meload Sistem OPerasi dengan urutan pencarian sesuai seting boot sequence pada BIOS. Masukkan diskette atau CD Bootable yang berisi sistem operasi pada drive pencarian.

Penanganan Masalah

Permasalahan yang umum terjadi dalam perakitan komputer dan penanganannya antara lain:

  1. Komputer atau monitor tidak menyala, kemungkinan disebabkan oleh switch atau kabel daya belum terhubung.
  2. Card adapter yang tidak terdeteksi disebabkan oleh pemasangan card belum pas ke slot/
Sumber : http://jamin92.wordpress.com/2009/03/13/langkah-merakit-komputerpc/

Minggu, 20 Maret 2011

Gangguan Autistik

Gangguan Autistik

Karekteristik Gangguan Autistik

Sindrom autistik diidentifikasi pada tahun 1943 oleh seorang psikiater di Harvard, Leo Kanner. Kanner menemukan bahwa dari sebelas anak yang mengalami gangguan ini tidak menunjukkan perilaku yang tidak dialami oleh penderita skizofernia dan retardasi mental. Ia menamai sindrom tersebut autisme infantile dini karena ia mengamati bahwa “sejak awal terdapat suatu kesendirian autistik ekstrem yang kapan pun memungkinkan, tidak memedulikan, mengabaikan, menutup diri dari segala hal yang berasal dari luar dirinya.”

Kanner menganggap kesendirian autistik merupakan sindrom fundamental. Mereka memiliki keterbatasan yang parah dalam bahasa dan memiliki keinginan obsesif yang kuat agar segala sesuatu yang berkaitan dengan mereka tetap persis sama.

Menurut Ginanjar (2001), autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak, sehingga mengakibatkan gangguan pada perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan sosialisasi, sensoris, dan belajar. Biasanya, gejala sudah mulai tampak pada anak berusia di bawah 3 tahun.

Pada awalnya, gangguan tersebut tidak termasuk dalam klasifikasi diagnostik gangguan resmi sampai akhirnya muncul pada DSM-III. Hal itu terjadi karena kebingungan awal, gangguan autistik dimasukkan dalam gejala skizopernia dengan onset dini, namun pada kenyataannya anak-anak yang mengalami autisme tidak mengalami skizophernia pada masa dewasa dan tidak mengalami delusi dan halusinasi.

Kebanyakan gangguan atuistik dialami lebih banyak laki-laki daripada perempuan, perbandingannya sekitar 4 kali lipat. Gangguan ini juga jarang terjadi dalam populasi umum, dalam 10.000 populasi, sekitar 0.05 persen yang mengalami autisme. Dibandingkan dengan gangguan skizofernia yang 20 kali lebih besarr dari autisme.

Pada DSM-III dan DSM selanjutnya, gangguan autistik dimasukkan pada gangguan pervasive. Istilah ini menekankan bahwa autisme mencakup abnormalitas serius dalam proses perkembangan itu sendiri sehingga berbeda dengan berbagai gangguan jiwa yang berawal di masa dewasa. Dalam DSM-IV-TR gangguan autistik hanyalah salah satu dari beberapa gangguan perkembangan pervasive; yang lain adalah gangguan Rett, gangguan disintegratif pada anak, dan gangguan Asperger.

Sedangkan menurut Widyawati (1997), gangguan autistik atau autisme juga sering disebut autisme infantil. Gangguan ini merupakan salah satu dari kelompok gangguan perkembangan pervasif yang paling dikenal dan mempunyai ciri khas:

· Adanya gangguan yang menetap pada interaksi sosial, komunikasi yang menyimpang,dan pola tingkah laku yang terbatas serta stereotip.

· Fungsi yang abnormal ini biasanya telah muncul sebelum usia 3 tahun.

· Lebih dari dua per tiga mempunyai fungsi di bawah rata-rata.

Autisme dan Retardasi Mental

Hampir 80% anak-anak autistic memiliki skor di bawah 70pada berbagai tes intelegensi terstandar. Karena sebagian anak-anak yang menderita autisme juga mengalami retardasi mental, kadang sulit untuk membedakan dua disabilitas tersebut.

Meskipun demikian ada perbedaan diantara keduanya. Anak-anak yang memiliki retardasi mental biasanya memiliki skor rendah dalam semua bagian dari suatu tes intelegensi, skor anak-anak dengan autisme dapat memiliki pola yang berbeda. Secara umum, anak-anak dengan autisme lebih buruk dalam mengerjakan tugas –tugas yang memerlukan pemikiran abstrak, simbolisme, atau logika sekuensial, yang kesemuanya berhubungan dengan kelemahan bahasa mereka.

Mereka lebih baik dalam rancangan dalam tes-tes rancangan balok dan merakit objek yang belum dirakit. Kadang mereka dapat memiliki keahlian khusus yang mencerminkan talenta. Mereka juga dapat memiliki memori jangka panjang yang luar biasa. Perkembangan sensorimotorik merupakan bidang kekuatan relative yang terbesar pada anak-anak autisme.

Gangguan Sosio-Emosional

Dalam kasus auitstik, mereka bukan menarik diri dari masyarakat tetapi mereka memang tidak pernah sepenuhnya bergabung dengan masyarakat sejak awal. Pada anak-anak dengan autisme, kelekatan dini dengan sang ibu kurang terlihat

Anak-anak dengan autisme tampak mengalami masalah keterampilan social yang sangat berat. Mereka jarang mendekati orang lain dan pandangan mata mereka seolah melewati orang lain atau membalikkan badan memunggungi mereka. Anak-anak dengan autisme menggunakan waktu yang lebih sedikit untuk melakukan permainan simbolik, mereka jauh lebih mungkin untuk memutar-mutar sebuah balok yang disukainya secara terus-menerus selama berjam-jam.

Beberapa anak autistic tampaknya tidak mengenali atau tidak membedakan antara orang yang satu dengan yang lainnya, mereka mengalami ketertartikan dan menciptakan kelekatan kuat dengan benda-benda mati.

Baru-baru ini, beberapa peneliti berpendapat bahwa kelemahan “teori pikiran” pada anak autistik mencerminkan kelemahan utama dan memicu terjadinya berbagai jenis difungsi social yang digambarkan di atas. Teori pikiran merujuk pada pemahaman kita bahwa orang lain memiliki keinginan, keyakinan, niat, dan emosi. Masalah teori pikiran memang dapat menjadi inti autisme, namun beberapa penelitian akhir-akhir ini bahwa masalah teori pikiran juga terdapat pada anak-anak dengan retardasi mental.

Kekurangan Komunikassi

Pada anak yang mengalami autistik jarang dapat melakukan Babbing dan menyampaikan lebih sedikit informasi disbanding pada bayi-bayi lain. Sekitar 50% anak-anak autistic tidak pernak belajar berbicara sama sekali. Sementara itu, pada mereka yang belajar bicara , bicaranya mencakup bicara keanehan.

Salah satu cirinya adalah ekolalia, dimana si anak mengulangi, biasanya dengan ketepatan luar biasa, perkataan orang lain yang didengarnya. Di masa lalu, sebagian besar pendidik dan peneliti yakin bahwa ekolalia tidak memiliki tujuan fungsional. Meskipun demikian, ekolalia merupakan upaya untuk anak autisme berkomunikasi.

Abnormalitas bahasa lain yang umum terdapat dalam pembicaraan anak-anak autistik adalah pembalikan kata ganti. Anak-anak autis merujuk dirinya sendiri dengan kata ganti, “dia”, “ia”, atau “kamu”.

Neologisme, kata-kata ciptaan atau kata-kata yang digunakan dengan cara tidak biasa, merupakan karakteristik lain dalam pembicaraan anak-anak autistik.

Kelemahan komunikasi tersebut dapat menjadi penyebab kelemahan social pada anak-anak dengan autisme dan bukan sebaliknya. Orang-orang dengan autisme sering kali kurang memiliki spontanitas verbal dan jarang berekspresi secara verbal serta penggunaan bahasa mereka tidak selalu tepat.

Tindakan Repetitif dan Ritualistik

Anak-anak dengan autisme dapat menjadi sangat marah bila terjadi perubahan dalam rutinitas harian dan situasi sekeliling mereka. Susu yang diberikan dengan gelas yang berbeda atau perubahan letak perabotan dapat membuat mereka menangis atau memicu temper tantrum.

Karekteristik obsesional juga terdapat dalam perilaku anak-anak autistik dengan cara yang berbeda. Ketika bermain mereka dapat terus-menerus menjajarkan berbagai mainan atau membentuk berbagai pola yang rumit dengan menggunakan berbagai benda perlengkapan rumah.

Anak-anak dengan autistic juga memiliki perilaku stereotype, gerakan tangan ritualistik yang aneh, dan gerakan ritmik lainnya seperti menggoyangkan tubuh tiada henti. Hal ini seringkali digambarkan sebagai aktivitas stimulasi diri. Mereka dapat memiliki preokupasi untuk mengutak-atik sebuah benda mekanis dan dapat menjadi sangat marah bila diganggu.

Prognosis Gangguan Autistik

Berbagai studi menegaskan gambaran suram mengenai orang-orang dewasa yang menderita autisme. Berdasarkan kajiannya terhadap semua studi yang dipublikasikan, Lotter menyimpulkan bahwa hanya 5-17% anak-anak autistic yang dapat melakukan peyesuaian yang relative baik di masa dewasa, menjalani hidup mandiri, namun tetap mengalami beberapa masalah residual, seperti kegugupan social. Sebagian besar menjalani kehidupan yang terbatas dan sekitar separuhnya dirawat di institusi mental.

Etiologi Gangguan Autistik

Basis Psikologis

Beberapa alasan yang sama yang mendorong Kanner meyakinibahwa anak-anak autistik memiliki intelegensi rata-rata – penampilan mereka yang normal dan fungsi fisiologis yang tampak normal – memicu para teoris terdahulu melakukan kesalahan dengan mengabaikan pentingnya factor-faktor biologis. Pada awalnya focus diarahkan pada factor-faktor psikologis, terutama pengaruh keluarga sejak usia sangat dini.

Teori psikoanalisis

Banyak teori psikoanalisis yang mengungkapkan penyebab autisme., tetapi yang paling terkenal ialah teori dari Bruno Bettelheim yang sangat banyak menangani anak-anak autisik. Asumsi dasarnya adalah autisme sangat mirip dengan apati dan keputusaan yang dialami oleh para penghuni kamp-kamp konsentrasi Jerman dalam Perang Dunia II. Bettelheim berpendapat bahwa balita telah menolak orang tuanya dan mampu merasakan perasaan negatif mereka. Si bayi melihat bahwa tindakannya hanya berdampak kecil pada perilaku orang tua yang tidak responsive. Maka, si anak kemudian meyakini bahwa ia tidak memiliki dampak apa pun pada dunia, kemudian menciptakan “benteng kekosongan” autisme untuk melindungi dirinya dari penderitaan dan kekecewaan. Teori ini kurang mendapat dukungan empiris.

Teori Behavioral

Beberapa teoris perilaku mengemukakan teori bahwa pengalaman belajar tertentu di masa kanak-kanak menyebabkan autisme. Dalam sebuah artikel yang berpengaruh, Ferster berpendapat bahwa tidak adanya perhatian dari orang tua, terutama ibu, mencegah terbentuknya asosiasi yang menjadikan manusia sebagai penguat social. Karena orang tua sendiri tidak pernah menjadi penguat sosial, mereka tidak dapat mengendalikan perilaku si anak, dan mengakibatkan gangguan autistik. Juga tidak terdapat dukungan untuk teori ini.

Evaluasi terhadap Teori Psikologis mengenai Gangguan Autistik

Baik Bettelheim maupun Ferster menyatakan bahwa orang tua memiliki peran penting dalam etiologi autisme. Agar suatu teori psikogenik mengenai gangguan, di masa kanak-kanak benar-benar meyakinkan, harus dapat ditunjukkan adanya sesuatu yang sangat luar biasa dan destruktif terkait perlakuan para orang tua terhadap anak mereka. Hal itu tidak terjadi. Tidak ada bukti yang mendukung teori psikoanalisis atau behavioral.

Basis Biologis

Faktor-faktor Genetik

Studi genetic mengenai autisme sulit dilakukan karena gangguan ini sangat jarang terjadi. Bukti-bukti yang muncul sangat menunjukkan adanya basis genetic dalam gangguan autistic. Contohnya, risiko autisme pada saudara-saudara kandung dari orang-orang yang mengalami gangguan tersebut sekitar 75 kali lebih besar disbanding jika kasus indeks tidak mengalami gangguan autistic. Bukti yang lebih kuat mengenai transmisi genetic dalam autisme diperoleh dari berbagai studi terhadap orang kembar, yang menemukan 60 hingga 91 persen kesesuaian bagi autisme antara kembar identik , dibandingkan dengan tingkat kesesuaian yang berkisar 0 hingga 20 persen pada kembar fraternal.

Factor-faktor Neurologis

Berbagai studi EEG terdahulu terhadap anak-anak autistic mengindikasikan bahwa banyak diantaranya yang memiliki pola gelombang otak abnormal. Berbagai tipe uji neurologis lainnya juga mengungkap adanya tanda-tanda disfungsi otak pada banyak anak-anak autistic. Sebagai contoh, dua studi menggunakan pencitraan resonansi magnetic (MRI) menemukan bahwa para laki-laki muda yang menderita autisme (namun bukan perempuan) memiliki ukuran otak yang secara keseluruhan relative lebih besar disbanding orang-orang tanpa autisme.

Penanganan Gangguan Autistik

Karena pengisolasian diri mereka sangat menyentuh dan simtom-simtom yang mereka alami sangat berat, begitu banyak perhatian diberikan untuk meningkatkan kondisi anak-anak dengan autisme. Seperti halnya pada teori mengenai etiologi, berbagai upaya terdahulu bersifat psikologis, dan beberapa di antaranya sangat menjanjikan. Belum lama berselang, berbagai terapi psikofarmaka juga telah diteliti, dengan sedikit hasil positif. Penting untuk dicatat bahwa meskipun teori biologis mengenai etiologi autisme jauh lebih banyak mendapatkan dukungan empiris dibanding teori psikologis. Tetapi intervensi psikologislah, bukan intervensi biologis, yang saat ini paling menjanjikan. Suatu kerusakan biologis tidak berarti mengesampingkan penanganan psikologis.

Masalah Khusus dalam Menangani Anak-Anak dengan Autisme.

Anak-anak dengan autisme memiliki beberapa karakteristik yang membuat mereka sulit ditangani. Salah satunya, mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan rutinitas, dan karakteristik serta tujuan utama penanganan mencakup perubahan.

Sangat sulit menemukan cara untuk memotivasi anak-anak dengan autisme. Agar berdampak efektif pada anak-anak tersebut, penguat harus eksplisit, konkret, dan sangat menonjol. Sebuah metode yang banyak digunakan dengan meningkatkan rentang penguat yang direspon oleh anak-anak autistic adalah memasangkan penguat sosial, seperti pujian, dengan penguat primer, seperti makanan yang sangat diinginkan.

Masalah lain yang sering kali menghambat pembelajaran anak-anak dengan autisme adalah selektivitas mereka yang berlebihan dalam mengarahkan perhatian; bila perhatian si anak terfokus pada satu aspek tertentu dalam suatu tugas atau situasi, maka muatan lain, termasuk yang memiliki relevansi, dapat diabaikan sama sekali.

Terlepas dari semua masalah tersebut, berbagai program pendidikan untuk anak-anak dengan autisme telah memberikan beberapa hasil positif.

Penanganan Behavioral untuk Anak-Anak dengan Autisme.

Menggunakan modeling dan pengondisian operant, para terapis perilaku mengajari anak-anak autistic untuk berbicara, mengubah bicara ekolalik mereka, mendorong mereka untuk bermain dengan anak lain, dan membantu mereka secara umum menjadi lebih responsif kepada orang dewasa.

Ivan Lovaas, peneliti klinis terkemuka di University of California di Los Angeles, menjalakan program operant intensif bagi anak-anak autistic yang masi sangat muda (di bawah usia 4 tahun). Terapi mencakup semua aspek kehidupan anak-anak selama lebih dari 40 jam seminggu dalam waktu lebih dari 2 tahun. Para orang tua diberi pelatihan ekstensif sehingga penanganan dapat terus dilakukan hampir selama waktu terjaga anak-anak tersebut. Semua anak diberi hadiah bila berperilaku pantas secara sosial – contohnya, berbicara dan bermain dengan anak-anak lain. Tujuan program tersebut adalah membaurkan anak-anak tersebut dengan asumsi bahwa anak-anak autistik, seiring membaiknya kondisi mereka, akan lebih memperoleh manfaat bila berbaur bersama anak-anak normal disbanding bila tetap menyendiri atau bersama dengan anak-anak lain yang juga mengalami gangguan serius.

Terdapat alasan untuk meyakini bahwa pendidikan yang diberikan oleh orang tua lebih bermanfaat bagi anak daripada penanganan berbasis klinik atau rumah sakit. Orang tua hadir dalam berbagai situasi yang berbda sehingga dapat membantu anak-anak menggeneralisasikan manfaat yang mereka peroleh.

Belum lama berselang,kelompok penelitian Koegel memfokuskan pada perbandingan berbagai strategi pelatihan behavioral bagi orang tua, yang menghasilkan berbagai temuan menarik. Daripada mengajari orang tua untuk memfokuskan pada mengubah perilaku bermasalah yang ditargetkan secara individual dengan cara berurutan, Koegel, Bimbela, dan Schreibman (1996) menemukan bahwa orang tua dapat menajadi lebih efektif bila diajari untuk terfokus pada meningkatkan motivasi dan responsivitas umum anak-anak autistic mereka.

Salah satu intervensi pertama yang berupaya meilbatkan orang tua dalam proses penanganan adalam program TEACHC (Treatment and Education of Autistic and related Communication Handicapped Children) yang dikembangkan oleh Schopler dan para koleganya di University of North Carolina. Intervensi berbasis komunitas ini menekankan kerja sama orang tua dan gutu dalam penanganan auttisme. Berbagai varian program TEACHC telah diadopsi di sejumlah Negara, termasuk Swedia dan Jepang.

Meskipun demikian harus dipahami dengan jelas bahwa beberapa anaka autistic dan mengalami gangguan parah lainnya hanya dapat dirawat secara memadai di rumah sakit atau di rumah bersama yang ditangani oleh para professional kesehatan mental. Terlebih lagi, kondisi beberapa keluarga tidak memungkinkan untuk perawatan di rumah bagi anak yang mengalami gangguan parah. Penanganan efektif yang dapat diimplementasikan oleh orang tua tidak berarti bahwa hal itu merupakan cara yang tepat bagi semua keluarga.

Penanganan Psikodinamika bagi Anak-Anak dengan Autisme

Karena ia menganggap bahwa masalah kelekatan dan kelemahan emosional sebagai penyebab autisme, Bruno Bettelheim berpendapat bahwa atmosfer yang hangat dan penuh kasih saying harus diciptakan untuk mendorong si anak memasuki dunia. Kesabaran dan hal yang disebut oleh para Rogerian sebagai penerimaan positif tanpa syarat diyakini merupakan hal yang diperlukan oleh anak dengan autisme untuk mulai mempercayai orang lain dan untuk mengambil kesempatan dalam membangun hubungan dengan orang lain.

Penanganan dengan Obat-Obatan bagi Anak-Anak dengan Autisme.

Obat yang paling umum digunakan untuk menangani perilaku bermasalah pada anak-anak autistic adalah Haloperidol (nama dagang Haldol), suatu obat antipsikotik yang sering digunakan untuk menangani skizofrenia. Beberapa studi terkendali menunjukkan bahwa obat ini mengurangi penarikan diri dari kehidupan sosial, perilaku motorik stereotip, dan perilaku maladaptif, seperti melukai diri sendiri dan agresi.

Para peneliti juga meneliti suatu antagonis reseptor opioid, naltrekson dan menemukan bahwa obat ini mengurangi hiperaktivitas pada anak-anak autistic dan cukup meningkatkan perilaku memulai interaksi sosial. Sebuah studi terkendali juga menunjukkan sedikit peningkatan dalam perilaku memulai komunikasi, namun berbagai studi lain tidak menemukan perubahan dalam komunikasi atau perilaku sosial. Obat tersebut tampaknya tidak berpengaruh pada simtom-simtom utama autisme, dan beberapa bukti menunjukkan dalam dosis tertentu obat tersebut dapat meningkatkan perilaku melukai diri sendiri.

Singkatnya, penanganan farmakologis pada autisme, pada titik ini, kurang efektif dibanding berbagai intervensi behavioral.

Referensi

http://dwpbuenosaires.blogspot.com/2007/04/autisme-gangguan-perkembangan-anak_16.html

Buku Abnormal (lupa judulnya) ;;)


Konselor Adlerian

Konseling Pendekatan Adlerian

Alfred Adler

Alfred Adler lahir pada tanggal 7 Februari 1987 di Penzig, Austria, daerah tepi Vienna. Dia anak ketiga dari tujuh bersaudara dalam keluarga Yahudi kelas menengah. Ayahnya, Leopord Adler adalah seorang pedagang. Alfred Adler mengalangami banyak kesulitan pada masa kecilnya. Ketika ia berusia tiga tahun, seorang saudaranya meninggal di tempat tidur mereka bersama (Orgler, 1963). Adler sendiri mudah sakit dan mengalami kecelakaan. Dua kali ia ditbarak di jalan, ia memiliki pneumonia, menderita rakhitis, dan secara umum sakit-sakitan dan lemah. Sejarah ini membuatnya menghadapi ketakutan akan kematian dan ketertarikan untuk menjadi seorang dokter. Konsekuensi penting lainnya dari permasalahan medis di masa kecilnya ialah kemanjaan yang cuku besar, terutama dari ibunya. Tetapi, ketika adiknya lahir, Adler merasa diabaikan menyebabkan dirinya mengalihkan perhatian ibunya dari dia ke bayi barunya. Hal ini menyebabkan dirinya mengalihkan dirinya ke ayahnya dan kawan-kawan sebayanya, yang dari mereka ia belajar akan “keberanian, kesetiakawanan, dan kepentingan sosial”.

Dari sisi akademis, Adler awalnya bukan siswa yang baik. Dia sangat lemah dalam matematika, sampai-sampai gurunya menyarankan orangtua Adler untuk mempekerjakan Adler sebagai pembuat sepatu. Tetapi kemudian Adler belajar keras dan kemudian pandai dalam matematika. Meskipun secara umum Adler bukan siswa yang baik, ia sangat tertarik dalam masalah psikologi dan sosial sejak masa kanak-kanak. Bahkan pada posisi professional pertamanya setelah ia menyelesaikan kedokteran di University of Vienna, awalnya ia bekerja sebagai optamologis, dan kemudian tertarik pada neurologi dan akhirnya menjadi psikiatri. Saat menjadi psikiatri, Adler diminta untuk bergabung menjadi anggota Perkumpulan Psikoanalitik Freud, dimana ia menjadi terkenal nantinya. Disana Adler menganggap dirinya rekan kerja dibanding murid Freud. Dia juga tidak setuju dengan pendekatan teori Freud, terutama penekanan biologis dan seksualitas. Adler mengembangkan sebuah orientasi teori yang lebih sedikit unsure deterministic dan lebih bersifat praktis dan hopeful. Dia lebih menekankan perasaan subjektif dibanding dorongan biologis dan seksualsebagai kekuatan utama yang memotivasi dalam hidup. Hal ini kemudian membuatnya keluar dari perkumpulan Freud dan kemudian mengembangkan teori dan perkumpulannya yang dikenal dengan “Perkumpulan Psikologi Individual”.

Keterlibatan Adler yang tidak kenal lelah dalam pekerjaannya terus berlangsung hingga ia meninggal pada tanggal 28 Februari 1937, ketika sedang bersiap ceramah di Abardeen, Skotlandia. Ia meninggal karena serangan jantung.

Konsep Teoritis Adler

Teori-teori, seperti Freud, sangat mendalam dan kaya. Konsep-konsep Adler menekankan kesatuan dan keunikan dari setiap individu. Teorinya menekankan aspek kesadaran dibanding ketidaksadaran dari perilaku, yang merupakan pusat perkembangan kepribadian. Ia percaya bahwa memahami manusia berkembang dari pengetahuan terhadap tujuan-tujuan mereka dan menggerakkan konstelasi keluarga dan gaya hidup mereka. Sweeney (1998) mendeskripsikan teori Adler sebagai Socia-Teleo-Analytic.

· Socio. Hal ini merefleksikan penekanan Adler pada kepentingan sosial, bahwa manusia memiliki kebutuhan dasar untuk menjadi bagian dari keseluruhan sosial yang besar dan perhatiannya pada kemajuan umat manusia.

· Teleo. Hal ini menunjukkan keyakinan Adler pada sifat penentuan tujuan manusia, perilaku dengan maksud tertentu yang diharapkan membantu manusia mencapai tujuan-tujuan mereka. Menurut Sweeney (1998,p.10), “aspek-aspek teologis dari teori Adler menyatakan optimistik, sifat yang membesarkan harapan dari posisinya.”

· Analytic. Adler bersama Freud yakin bahwa hal yang terpenting yang menentukan arah dari kehidupan seseorang untuk membawakan tujuan-tujuan dan gaya hidup ke dalam kesadaran adalah bawah sadar dan kebutuhan untuk dianalisis.

Menurut Adler manusia selalu dimotivasi oleh social interest-yang merupakan sebuah perasaan bahwa ia merupakan bagian dari komunitas, dengan kata lain dapat dikatakan sebagai kebutuhan atau keinginan untuk berkontribusi terhadap masyarakat. Dreikurs membedakan antara orang-orang normal (stabil) dan tidak normal (tidak stabil) berdasarkan pada tujuan dan gaya hidup mereka. Orang-orang normal tersebut memiliki suatu logika pribadi yang merefleksikan rasional dan juga ketertarikan sosial, sementara mereka yang tidak normal hanya memfokuskan pada kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri dan gagal mengenali pentingnya konteks sosial mereka dan kebutuhan-kebutuhan orang lain. Gagasan ini merefleksikan keyakinan Adler bahwa perkembangan dapat dijelaskan terutama dengan psikososial daripada dinamika psikoseksual. Ia percaya bahwa manusia secara alamiah adalah makhluk sosial yang tertarik untuk menjadi bagian dari suatu kelompok dan berkeinginan untuk memecahkan permasalahan dari masyaraka mereka.

Ajaran utama Adler adalah bahwa yang penting bagi manusia adalah mencapai kesuksesan, kepuasan, dan makna dalam kehidupan, sehingga perilaku mereka akan mengarah pada tujuan. Tindakan-tindakan mereka merefleksikan usaha-usaha mereka untuk mencapai tujuan-tujuan yang dipandang Adler sebagai tiga tugas kehidupan: pekerjaan, cinta dan persahabatan. Tujuan-tujuan yang mereka hargai dan bagaimana mereka mencoba untuk mencapainya adalah faktor-faktor utama dalam perkembangan mereka (adler, 1963a).

Inferioritas – Superioritas

Manusia cenderung untuk memenuhi potensi unik mereka , proses yang ia sebut sebagai striving for perfection (usaha menuju kesempurnaan). Terdapat pula kecenderungan bahwa setiap manusia untuk merasa inferior (kurang). Inferioritas atau rendah diri adalah suatu dimensi pada tahun-tahun awal masa kanak-kanak yang diyakini Adler memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan. Hampir semua anak kecil memiliki perasaan-perasaan inferioritas, menganggap dirinya sendiri kecil dan tidak berkuasa dalam berhubungan dengan orang tua mereka dan saudara-saudaranya yang lebih tua. Bagaimana seorang anak kecil diperlakukan dan bagaimana ia mengatasi perasaan-perasaan inferioritas tersebut adalah faktor-faktor penting dalam perkembangan anak. Anak-anak yang termotivasi untuk mengurangi perasaan-perasaan berbeda dan kepercayaan diri yang rendah melalui keterlibatan sosial dengan yang lain, membangun kekuatan dan kemampuan mereka, membuat pilihan-pilihan yang bijaksana dan kreatif, dan berusaha keras dengan cara yang sehat berkaitan dengan pertumbuhan dan kemampuan/kekuasaan adalah mereka yang memiliki kemungkinan besar berkembang dengan cara-cara yang positif. Sebaliknya, anak-anak yang dimanjakan atau diabaikan dan mereka yang usaha-usahanya terhadap penguasaan terhalangi, jauh lebih sedikit memiliki kemungkinan untuk mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang positif. Anak-anak yang dimanja seringkali bertumbuh dengan mengharapkan orang lain untuk memperhatikan mereka, sehingga tidak mengembangkan sumber-sumbernya sendiri, sehingga mengembangkan inferiority complex. Sementara anak-anak yang diabaikan dapat menjadi anak yang berkecil hati dan putus harapan ketika usaha-usaha mereka untuk mengatasi suatu peran inferioritas diabaikan atau ditolak, sehingga mengembangkan superiority complex.

Konstelasi keluarga dan Urutan Keluarga

Sumber awal pengaruh lainnya pada perkembangan manusia adalah konstelasi (kumpulan) keluarga dan urutan kelahiran seseorang. Adler memberikan penekanan yang besar pada sifat sosial dari permasalahan manusia. Ia percaya bahwa, melalui pemeriksaan konstelasi keluarga, kita dapat memahami gaya hidup orang. Sebaliknya, dengan memahami harapan mereka terhadap kehidupan, kita dapat memahami peran-peran yang mereka miliki dalam keluarga mereka (Dreikurs, 1973).

Urutan kelahiran adalah aspek lain dari keluarga yang – menurut Adler – memiliki dampak yang sangat besar dalam perkembangan. Ia mengidentifikasikan lima posisi psikologis dalam keluarga:

1. Anak Tertua, tentu secara sementara adalah satu-satunya anak sampai saudara kandung pertamanya (anak kedua) lahir. Ketika mereka hanya satu-satunya anak dalam keluarga , mereka cenderung menjadi pusat perhatian dan seringkali dimanjakan. Tetapi, ketika saudara-saudara kandungnya lahir, anak tertua biasanya merasa digantikan dan dapat merasa terancam, marah, dan cemburu karena kehilangan peran khusus mereka sebagai satu-satunya anak. Keadaan ini menyebabkan mereka memiliki perasaan benci atau mempertegas perbedaan kekuasaan dan wewenang terhada anak kedua. Anak-anak pertama, yang pada awalnya bertumbuh di dalam suatu keluarga orang-orang dewasa, cenderung menjadi dapat diandalkan, bertanggung jawab, dan berorientasi pencapaian kesuksesan. Mereka secara umum terus-menerus menjadi berkelakukan baik agar tetap disayangi orang tuanya setelah kelahiran anak kedua, tetapi mereka juga bisa menjadi sulit jika usaha ini tidak berhasil.

2. Anak Kedua, posisi anak kedua dapat disebut sebagai posisi yang membuat hati iri. Anak kedua merasakan tekanan yang konstan untuk menyamai dan bersaing dengan anak tertua. Karena anak kedua menyadari mereka tidak dapat benar-benar mengalahkan kesuksesan yang telah dicapai anak pertama, mereka cenderung melakukan usaha keras pada hal-hal yang tidak dikuasai oleh saudara tertuanya. Semakin sukses anak pertama, semakin berkemungkinan besar anak kedua mengalami keraguan diri dan bergerak ke arah berlawanan dari anak pertama yang secara tipikal berperilaku baik dan berorientasi pencapaian hasil. Biasanya anak kedua menjadi individu yang gampang bergaul, riang, kreatif dan kurang peduli terhadap peraturan bila dibandingkan anak pertama.

3. Anak tengah merasa tertekan antara anak tertua yang telah menemukan tempatnya dan anak termuda yang mungkin tampak menerima lebih banyak cinta dan perjatian. Mereka tidak mengembangkan kedekatan, baik kepada anak tertua atau paling muda. Anak-anak tengah seringkali memiliki kesulitan menemukan suatu cara untuk menjadi special dan dapat menjadi bermasalah dan berkecil hati, memandang dirinya sendiri tidak disayang dan diabaikan. Tetapi karena posisinya, anak tengan sangat hebat dalam belajar tentang peraturan keluarga dan memiliki kemampuan negosiasi yang hebat pula. Kemampuan ini dapat digunakan untuk memanipulasi keadaan sesuai yang mereka inginkan dan meilih suatu area dimana dalam area itu mereka dapat sukses. (pola ini biasanya kuarang terlihat di dalam keluarga besar dimana dua atau lebih anak sama-sama memegang peranan sebagai anak tengah tetapi secara khusu cenderung terjadi pada keluarga dengan tiga orang anak).

4. Anak-anak termuda menghadapi dua kesualitan. Mereka dapat merasa suatu kebutuhan untuk berada dipuncak dengan cepat pada setiap saat hanya untuk menyamai saudara-saudaranya yang lebih tua, atau mereka dapat menjadi berkcil hati karena keputusasaan karena tertinggal dari saudara dan saudarinya dan kemudian bisa menyerah dan tetap menjadi bayi dalam keluarga. Anak termuda dimanja pada banyak keluarga baik oleh orang tua maupun saudaranya. Keputusan mungkin dibuat untuk mereka, dan mereka tiak perlu mengambil tanggung jawab untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka mungkin tidak menganggap serius tetapi justru menjadi semcam “anak emas” di dalam keluarga. Tetapi mereka dapat pula memiliki kekuasaan yang besar dan menjadi bos atau tirani dalam keluarga. Jika yang mereka cari adalah untuk menjadi mandiri, mereka biasanya mengejar kepentingan-kepentingan yang semuanya adalah untuk dirinya atau mengindari persaingan dengan yang lainnya di dalam keluarga. Yang berkemungkinan besar menjadi sekutunya adalah anaktertua, yang juga memiliki perasaan menjadi berbeda.

5. Anak Tunggal, anak-anak yang memiliki jarak kelahiran 7 tahun atau lebih dari saudara-saudarnya secara psikologis trmasuk anak tunggal. Memiliki banyak kesamaan dengan anak pertama dan anak terakhir. Mencari pencapaian seperti anak pertama dan biasanya menikmati menjadi pusat perhatian seperti anak termuda. Mereka bisa jadi dimanjakan dan memfokuskan hanya pada kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri. Sebaliknya, jika orang tua mereka khawatir, anak tunggal dapat mengadopsi kekhawatiran dan rasa tidak aman dari orang tua. Karena anggota keluarga lainnya semuanya adalah orang dewasa , anak-anak ini secara tipikal menjadi dewasa lebih awal dan belajar untuk bekerja sama mengembangkan imajinasi yang tinggi, karena sebagian besar watu mereka habiskan sendiri. Kekurangan anak tunggal disini adalah manja, egois, dan kurang baik dalam bersosialisasi.

Meskipun penelitian telah mengesahkan banyak asumsi-asumsi Adler tentang dampak dari urutan kelahiran pada kelahiran (Grey, 1998; Lombardi, 1996), variable-variabel di dalam keluarga dapat memiliki dampak yang kompleks terhadap pola-pola ini. Contohnya, ketika anak kembar lahir, keluarga cenderung memperlakukan salah satu anak sebagai yang tertua dari anak yang lain, secara artificial menentukan urutan kelahiran mereka. Atau ketika anak pertama adalah anak perempuan atau mengalami gangguan/cacat, keluarga secara kurang hati-hati dapat mendorong anak kedua pada posisi anak pertama. Pengharapan yang tinggi akan diberikan pada anak tersebut, sementara anak pertama kemungkinan besar diperlakukan sebagai anak kedua. Selain itu, Adler telah menunjukkan bahwa ini adalah dimana anak-anak member respon terhadap posisi-posisi mereka daripada posisi-posisi sebenarnya yang memiliki dampak terhadap kepribadian dan perilaku mereka.

Selain itu lingkungan keluarga juga penting untuk perkembangan seseorang, khususnya pada 5 tahun awal kehidupan. Teori Adler menyatakan setiap manusia menciptakan gaya hidup mereka pada saat berusia 5 tahun, terutama melalui interaksi dengna anggota keluarga lainnya. Suasana negative keluarga misalnya, authoritarian, rejective, suppressive, materialistic, overprotective, atau pitying, sedangkan suasana positif keluarga misalnya democratic, accepting, open, dan social. Persepsi yang berasal dari keluarga lebih mempengaruhi seorang individu daripada dirinya sendiri, dan sangat penting untuk mnegembangkan gaya hidup anak. Perilaku individu dipengaruhi oleh imajinasi mereka, imajinasi ini berasal dari evaluasi subjektif dari diri dan lingkungan mereka sendiri. Lima kesalahan dasar yang disebabkan oleh imajinasi subjektif individu, antara lain:

· Overgeneralizing, yaitu memandang semua hal sama.

· False or impossible goals of security, yaitu nencoba untuk menyenangkan semua orang

· Misperception of live’s demand, mempercayai bahwa semua orang tidak pernah berhenti menginginkan sesuatu, dengan kata lain tidak pernah puas.

· Minimization or denial one’s word, berpikir bahwa seseorang tidak akan pernah mencapai apapun.

· Faulty values, menggunakan segala cara untuk meraih suatu hal/tujuan.

Komposisi dan interaksi dari keluarga-keluarga seseorang mempunyai pengaruh terbesar pada perkembangan gaya hidup mereka. Menurut Starr (1973), “Adler menyimpulkan bahwa setiap anak di dalam keluarga, di luar dari kapasitas didalamnya dan penilaiannya terhadap lingkungan di luar, mengalami situasi yang berbeda. Ia menyatukan perilaku-perilaku ini ke dalam satu pola karakteristik perilaku”. Grey (1998) memandang gaya hidup sebagai yang paling mendasar dri semua konsep Adler, mendeskripsikannya sebagai “jumlah total dari semua sikap individual dan aspirasi-aspirasi, suatu usaha keras yang membawanya kea rah tujuannya mengenai kepercayaan bahwa ia memiliki makna di mata orang lain”.

Maka, gaya hidup adalah suatu cara unik yang mana setiap dari kita mencoba untuk mengatasi perasaan-perasaan inferioritas dan untuk mencapai tujuan-tujuan kita. Meskipun tujuan-tujuan ini hampir selalu melibatkan pencapaian signifikansi/makna, superioritas, kompetensi, dan keunggulan, setiap orang memiliki suatu gambaran, biasanya tanpa disadari, terhadap apa tujuan-tujuannya. Adler menggunakan istilah fictional finalism (finalisme bersifat fiksi/fiksional) untuk menjelaskan gambaran tujuan utama yang mengarahkan perilaku kita. Ia percaya bahwa tujuan ini tertanam kuat antara usia enam dan delapan tahun dan tetap konstan di sepanjang kehidupan seseorang. Logika pribadi kita adalah rute yang membawa kita dari perasaan-perasaan inferioritas kita pada perkembangan gaya hidup yang kita yakini akan membuat kita dapat mencapai tujuan-tujuan fiksi kita. Dreikurs (1973), seorang Adlerian yang member kontribusi besar pada kemajuan karyanya , mendeskripsikan logika pribadi terdiri dari tujuan-tujuan terdekat kita, tujuan-tujuan jangka panjang, dan dasar rasional terdalam (pribadi) kita yang digunakan untuk menjustifikasi gaya hidup kita sebagai cara untuk mencapai tujuan-tujuan ini.

Peran Konselor

Fungsi utama konselor Adlerian adala sebagai pendiagnosa, pengajar, dan panutan dalam hubungan legalitas yang diciptakan dengan klien. Mereka mencoba untuk meng-assest mengapa klien berpikir atau berperilaku dengan orientasi tertentu. Konselor melakukan assessment dengan mengumpulkan informasi mengenai konstelasi keluarga dan ingatan masa kecil klien. Kemudian konselor berbagi interpretasi, impresi, opini, dan perasaan-perasaan dengan klien dan berlanjut pada tahap hubungan terapi. Klien dianjurkan untuk memperlajari dan mengubah gaya hidup yang salah dengan mengmebangkan ketertarikan sosial.

Konselor Adlerian secara berkala aktif dalam berbagi opini dengan klien dan sering memberikan tugas secara langsung kepada klien, seperti bertindak “seandainya” klien adalah orang yang klien inginkan. Mencoba merefleksikan kepercayaan bahwa orang dapat mengorientasikan kembali pemikiran mereka, mengarah pada kebahagiaan dan kehidupan yang lebih bermakna. Konselor Adlerian menggunakan berbagai macam teknik, beberapa diantaranya “meminjam” dari pendekatan lain, (Adler tidak menjelaskan secara spesifik bagaimana seharusnya langkah yang diambil konselor saat nenggunakan teori ini). Sebagaimana peran secara umum, konselor Adlerian menggunakan sedikit teknik assessment, seperti tes psikologis, tetapi mereka biasanya menggunakan kuisioner riwayat hidup untuk mengumpulkan data. Secara umum, mereka menghindari tipe-tipe diagnose yang ada pada DSM-IV, melainkan menggunakan bahasa mereka sendiri, misalnya “discouraged” untuk menjelaskan dinamika-dinamika yang mereka rasakan ketika berhadapan dengan orang lain.

TUJUAN-TUJUAN

Tujuan-tujuan konseling Adlerian berkisar pada usaha untuk membantu individu untuk mengembankan gaya hidup yang sehat secara holistic. Mencoba membantu manusia menyadari bahwa perasaan-perasaan sakit dan kekurangan tidak disebabkan oleh orang lain tetapi kesalahan logis mereka sendiri dan perilaku serta sikap yang bersumber dari logika tersebut. Dengan memungkinkan manusia untuk menyadari kesalahan logika mereka dan untuk mengubah pemikiran dan respon-respon yang terkondisikan, sweorang terapu dapat membantu mereka mengatasi perasaan-perasaan inferioritas, ketergantungan, dan ketakutan yang besar sekali terhadap kegagalan diri mereka dan mengembangkan keyakinan diri dan ketertarikan sosial yang mereka butuhkan untuk mencapai perubahan yang lebih baik dan gaya hidup yang lebih bernilai.

Dan yang paling penting dalam onselinga Adlerian adalah menganjurkan klien untuk menumbuhkan ketertarikan sosial (Adler, 1931). Beradasarkan apa yang dikemukakan Adler, ketertarikan sosial adalah potensi bawaan “yang harus dikembengkan secara sadar atau melalui proses latihan”. Gaya hidup yang salah adalah yang berorientasi pada diri sendiri dan berdasarkan pada kesalahan menentukan tujuan serta kesalahan asumsi yang diasosiasikan pada perasaan-perasaan inverioritas. Perasaan-perasaan ini mungkin bersemburdari keadaan fisik dan mental yan bersebrangan, dimanjakan orangtua atau ditolak. Perasaan-perasaan ini harus dibenarkan dan perilaku-perilaku yang bertentangan harus dihentikan.

Pada akhirnya klient yang memutuskan apakah akan mengembangkan ketertarikan masyarakat atau pda diri sendiri.

Teknik

Pengembangan hubungan konseling sangat penting jika tujuan konseling Adlerin ingin teracapai. Teknik tertentu membantu proses ini. Konselor Adelrian mencoba untuk mengembangkan hubungan yang hangat, suportif, empatik, ramah, dan egaliter dengan klien. Konseling dilihat sebagai usaha yang kolaboratif. Konselor secara aktif mendegarkan dan merespon proses ini mereka mencoba untuk membantu klien mereka mendefinisikan tujuan-tujuan spesifik dan menguak apa yang menghambat pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Seorang konselor seharusnya juga memfokuskan pada kekuatan-kekuatan klien. Seorang konselor dapat mengkonfrontir jika dibutuhkan, mengarahkan ketidakkonsistenan klien. Tujuan utama konselor disini adalah untuk mengatur proses interaksi yang fleksibel dan menekankan tanggung jawab klien.

Setelah hubungan dikembangkan konselor memusatkan perhatian pada analisa terhadap gaya hidup klien, termasuk mempelajari konstelasi keluarga, ingatan masa kecil, mimpi-mimpi, dan prioritas klien. Seperti pada uraian di atas, konstelasi dan suasana keluarga dimana seorang anak tunggal memberi pengaruh besar pada persepsi diri dan persepsi pada orang lain. Tidak ada dua anak yang lahir pada lingkungan yang sama, tetapi posisi urut kelahiran anak dan assessment terhadap suasana keluarga memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan dan perilaku. Seringkali seorang klien mampu memperoleh insight dengan me-recall ingatan masa kecil, terutama peristiwa-peristiwa sebelum usia 10 tahun. Adler (1931) menyatakan bahwa seseorang mengingat peristiwa masa kecil yang konsisten dengan caranya memandang diri, orang lain, dan dunia secara umum saat ini. Konselor Adlerian melihat keduanya (tema dan detail spesifik) dengan pengumpulan ingatan kembali. Gambaran dari masa lalu diperlakukan sebagai prototype: mereka mungkin merepresentasikan sikap klien ke arah kekuatan, kelemahan, laki-laki, perempuan, dan hampir semuanya. Mimpi-mimpi saat ini maupun masa lalu juga termasuk bagian analisa gaya hidup. Teori Adlerian menyatakan bahwa mimpi mungkin dapat diulang di masa depan. Terutama mimpi-mimpi yang sering. Pandangan prioritas klien juga membantu untuk memahami gaya hidup klien. Seorang klien mungkin tetap melakukan sesuatu gaya hidup yang predominan.

Selanjutnya konselor mencoba untuk membantu klien menemukan insight, terutama dengan menggunakan pertanyaan open-ended dan kemudian membuat interpretasi. Pertanyaan open-ended memungkinkan klien untuk mengeksplorasi pola dalam hidup mereka yang tidak nampak. Interpretasi seringkali dalam bentuk intuitive guesses. Kemampuan berempati sangat penting dalam proses ini. Pada waktu lain, interpretasi didasarkan pada pengetahuan konselor secara umum mengenai posisi urutan kelahiran dan konstelasi keluarga klien. Merujuk pada asas egaliter dalam proses konseling, klien tidak pernah dipaksa untuk mengikuti pandangan konselor.

Untuk mendapat perubahan perilaku, konselor menggunakan teknik-teknik yang spesifik, yaitu:

· Confrontation. Konselor menantang klien untuk mempertimbangkan logika pribadi mereka. Saat klien menguji logika ini, mereka seringkali menyadari mereka dapat merubah logika dan perilakunya.

· Asking “the question”. Konselor menanyakan “apa yang berbeda ketika kamu sehat?” klien sering menanyakan “pertanyaan” selama wawancara awal, tetapi menyesuaikan waktu.

· Encouragement. Dorongan mengimplikasikan kesetiaan setiap orang. Konselor mendorong klien mereka dengan mengatakan pendapat mereka bahwa perilaku dapat dirubah. Dorongan merupakan kunci untuk memilih gaya hidup yang produktif..

· Acting “ask if”. Klien diinstruksikan untuk seola-olah mereka seseorang yang mereka inginkan. Misalnya, seorang yang mereka lihat dalam mimpinya.

· Spitting in the clients soup. Konselor menunjukkan suatu perilaku tertentu kepada klien dan kemudian menghilangkan “kompensasi” atas perilaku tersebut.

· Catching One Self. Klien belajar untuk berhati-hati pada perilaku atau pikiran yang destruktif. Awalnya dibantu oleh konselor.

· Task setting. Klien pada awalnya mengubah perilaku yang mudah, kemudian perlahan-perlahan mengubah perilaku yang sulit. Ketika klien telah dapat mengubah perilaku dan mengontrol kehidupannya, maka proses konseling telah berakhir.

· Push button. Klien didorong untuk menyadari bahwa mereka memiliki banyak pilihan tentang stimulus yang mana dalam hidup mereka yang perlu mereka perhatikan. Mereka diberitau untuk menciptakan perasaaan yang mereka inginkan dengan memusatkan perhatian pada pikiran mereka. Teknik ini seperti menekan tombol karena klien dapat memilih untuk mengingat pengalaman positif atau negatif.

Pada tengah-tengah menggunakan teknik-teknik ini, konselor menghindari “tarbaby” – yang merupakan persepsi dalam hidup yang klien bawa pada konseling dan coba untuk “dimasukkan” pada konselor.

Evaluasi

Pendekatan Adlerian pada konseling memiliki sejumlah keunikan, antara lain:

· Pendekatan ini membantu mengembanglan suasana egaliter melalui positif teknik yang dilakukan konselor, rapport dan komitmen dikembangkan oleh setiap prosesnya dan kesempatan untuk berubah meningkat. Konselor mendorong dan member dukungan merupakan nilai jualnya. Konselor Adlerian mendekati klien mereka dengan sebuah berorientasi pendidikan dan memandang hidup dengan optimis.

· Pendekatan ini dapat digunakan pada lapisan usia manapun. “teori Adlerian mengembangkan model konseling yang diaplikasikan pada anak-anak , dewasa, orang tua, keluarga, guru, dan segmen-segmen dalam masyarakat”.

· Pendekatan ini efektif untuk dalam treatment berbagai macam gangguan pada DSM-IV, mencakup di dalamnya gangguan antisocial, gangguan kecemasan, pada anak-anak maupun dewasa, gangguan afektif dan gangguan kepribadian.

· Pendekatan berkontribusi pada teori-teori lain yang membantu dan untuk pengetahuan masyarakan tentang bagaimana memahami manusia.

· Pendekatan ini dapat diaplikasikan pada konteks budaya yang berbeda.

Meskipun begitu pendekatan ini memiliki kelemahan:

· Pendekatan ini kurang mendapat dukungan berupa penelitian empiris.investigasi lebih banyak diperlukan untuk mengembangkan teori ini.

· Dalam pendekatan ini, hubungan antara konsep dan aplikasinya masih samar-samar. Corey (1996)mengemukakan bahwa Adler lebih menekankan pada praktik dan pengajaran daripada teori.

· Pendekatan ini mungkin terlalu optimistis mengenai manusia. Beberapa tokoh mengkritik teori Adler mengabaikan dimensi lain kehidupan, misalnya ketidaksadaran.

· Prinsip dasar pendekatan, misalnya struktur keluarga yang demokratis, mungkin kurang cocok jika diaplikasikan pada klien yang mempunyai budaya yang menekan hubungan sosial yang langsung.

· Pendekatan ini, mengandalkan kemampuan verbal, logika, dan insight mungkin kurang cocok jika diaplikasikan individu yang lemah dalam kemampuan kognitif.

referensi : buku Konseling Gladding, :)

ref



aku dan teman

aku dan teman